Diangkat dari sebuah utas misteri dari akun SimpleMan, KKN di Desa Penari memiliki tantangan sendiri untuk memuaskan ekspektasi pembaca thread di Twitter tersebut. Film ini berhasil menarik perhatian jutaan penonton Indonesia dengan berbagai pendapat yang disebarkan lewat media sosial.
Film horor ini mengisahkan enam mahasiswa yang sedang melakukan kuliah kerja nyata (KKN) di desa terpencil yang misterius. Mereka adalah Nur (Tissa Biani), Bima (Achmad Megantara), Anton (Calvin Jeremy), Widya (Adinda Thomas), Ayu (Aghniny Haque), dan Wahyu (Fajar Nugraha).
Ketika tiba dan tinggal sementara di desa tersebut, satu per satu dari mereka mendapatkan gangguan dari makhluk halus yang menguasai tempat tersebut. Sayangnya, Bima dan Ayu terjerat dalam rayuan jin penari bernama Badarawuhi (Aulia Sarah) yang memanfaatkan hawa nafsu keduanya. Nyawa para mahasiswa tersebut terancam oleh serangkaian aksi berbahaya Bima dan Ayu yang bersekutu dengan Badarawuhi, sang penari.
Film KKN di Desa Penari secara visual mampu memenuhi imajinasi para pembaca utas di Twitter, mulai dari lanskap desa hingga karakter-karakternya. Ketika tiba dan tinggal sementara di desa tersebut, satu per satu dari mereka mendapatkan gangguan dari makhluk halus yang menguasai tempat tersebut. Sayangnya, Bima dan Ayu terjerat dalam rayuan jin penari bernama Badarawuhi (Aulia Sarah) yang memanfaatkan hawa nafsu keduanya. Nyawa para mahasiswa tersebut terancam oleh serangkaian aksi berbahaya Bima dan Ayu yang bersekutu dengan Badarawuhi, sang penari.
Film KKN di Desa Penari secara visual mampu memenuhi imajinasi para pembaca utas di Twitter, mulai dari lanskap desa hingga karakter-karakternya. Kehadiran Widya di desa penari ternyata menarik perhatian makhluk halus yang telah lama menantikan sosok perempuan muda untuk dijadikan tumbal. Memiliki penampilan menarik dan darah "hangat", Widya ingin didapuk menjadi Dawuh atau pemimpin penari baru yang menggantikan Badarawuhi. Nur, yang memiliki sosok roh pelindung, harus menjaga Widya dari pengaruh sang penari yang berusaha merenggut nyawanya. Di lain sisi, Ayu menjadi "alat" sang makhluk halus untuk mendapatkan Widya dengan berbagai iming-iming manis.
Hal penting yang patut disoroti dalam film ini adalah perempuan masih menjadi objek mata laki-laki, baik dari cerita maupun pengambilan gambar.
Male gaze sendiri adalah tindakan pengambilan gambar dari perspektif maskulin yang menggambarkan perempuan sebagai objek seksual. Dalam film ini, hal itu ditunjukkan lewat pengambilan gambar saat Ayu dan Widya tertidur di kasur. Mengambil pergerakan kamera panning, perspektif film seakan mengajak mata penonton untuk "mengeksplor" tubuh perempuan, terutama lekuk pinggang. Selain itu, alih-alih menekankan kepada unsur mistis, adegan menari juga menggunakan perspektif male gaze yang berfokus pada lekukan tubuh sang penari.
Penerapan perspektif male gaze ini dititik beratkan kepada karakter Ayu, membuatnya menjadi objek seksual, seiring dengan kisah karakternya yang tergoda rayuan iblis. Dengan adanya perpektif tersebut, masyarakat diajak untuk menormalkan "hukuman" yang diberikan kepada Ayu yang dinilai pantas karena sepanjang film karakter ini seakan-akan hanya menjadi objek seksual.
Secara keseluruhan, film KKN di Desa Penari merupakan hiburan dan jawaban atas rasa penasaran yang cukup memuaskan.
Namun, layaknya film horor Indonesia pada umumnya, masih banyak pekerjaan rumah yang harus dituntaskan dalam meletakkan posisi karakter perempuan dalam cerita dan visual.
Sumber: Review Film KKN di Desa Penari, di Dunia Gaib pun Nasib Perempuan Terancam
Komentar
Posting Komentar